Dalam hiruk-pikuk dunia yang tak pernah berhenti berputar, sering kali kita merindukan ketenangan. Sebuah ketenangan yang hadir ketika kita terbebas dari perselisihan, dari beban tanggung jawab yang menumpuk. Kita membayangkan hidup tanpa atribut duniawi, tanpa nama dan embel-embel yang membebani, sebuah kehidupan yang damai dan tenteram.
Namun, benarkah ketenangan sejati dapat diraih dengan cara melarikan diri dari dunia? Di tengah keinginan untuk hidup tenang, ada harapan-harapan yang masih menggantung, janji-janji yang belum terpenuhi. Ada beban yang tak terlihat, namun terasa berat di pundak, mengingatkan kita bahwa hidup bukan hanya tentang diri sendiri.
Awalnya, saya berpikir bahwa menulis tentang semua ini dapat dilakukan tanpa melibatkan perasaan. Namun, ternyata saya salah. Kata-kata yang tertuang membutuhkan rasa, bukan hanya sekadar pemikiran. Rasa itulah yang membuat kita terhubung dengan kehidupan, dengan orang lain, dengan diri sendiri. Tanpa rasa, hidup terasa hampa, seperti lukisan tanpa warna.
Perjalanan mencari ketenangan membawa saya pada sebuah kesadaran bahwa ketenangan sejati bukanlah tentang melarikan diri dari dunia, melainkan tentang menemukan keseimbangan di tengah segala hiruk-pikuk. Ketenangan itu hadir ketika kita mampu menunaikan harapan, merasakan emosi, dan tetap terhubung dengan kehidupan. Bukan tentang hidup tanpa nama, melainkan tentang meninggalkan nama yang dikenang dengan baik.
Hidup adalah sebuah perjalanan yang penuh dengan liku dan tantangan. Namun, di setiap langkah, kita selalu memiliki pilihan untuk mencari makna dan menemukan ketenangan. Ketenangan yang sejati bukanlah tujuan akhir, melainkan sebuah perjalanan yang terus berlanjut, sebuah proses untuk menjadi manusia yang lebih baik.